-->

Notification

×

SUARAPANTURANEWS. IKLAN DI ATAS

Dekat Pusat Pemerintahan Tigaraksa, Desa Pematang Terabaikan Saat Banjir Mengancam

| Selasa, Agustus 19, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-19T09:07:31Z


Suarapanturanews.com,Tangerang -Meskipun hanya berjarak sekitar 5,5 kilometer atau 16 menit perjalanan dari pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang, Desa Pematang, Kecamatan Tigaraksa, masih terus bergulat dengan ancaman banjir yang datang setiap musim hujan.


Banjir skala kecil yang rutin melanda kawasan ini telah menimbulkan trauma berkepanjangan bagi warga. Darmanto (60), warga Perumahan Puri Permai 1 RT 003/05, mengungkapkan kekesalannya karena hingga kini tidak ada tindakan konkret dari pemerintah, meski warga sudah lama mengusulkan pembangunan tandon air sebagai solusi utama.


> “Kami sangat khawatir dengan keselamatan anak-anak, harta benda, dan kesehatan kami. Penyakit kulit hingga muntaber kerap menyerang saat banjir datang. Tapi sampai sekarang, permintaan kami untuk dibangun tandon belum digubris,” ujar Darmanto yang telah tinggal di Desa Pematang sejak tahun 2000.


Banjir tak hanya merusak rumah dan perabotan, tapi juga melumpuhkan aktivitas warga. Jalan utama kerap tidak bisa dilalui, dan air bahkan mencapai halaman rumah warga, merendam kendaraan dan menghanyutkan dokumen penting.


Senada dengan Darmanto, Atun (54), warga RT 001/03, juga menjadi korban. Kios sembakonya habis terendam banjir karena lokasinya berada lebih rendah dari jalan.


> “Air masuk sampai ke atas kepala saya. Pemerintah seperti abai, padahal musim hujan selalu menjadi momok tahunan. Kami hanya bisa berharap ada pemimpin yang benar-benar peduli dan mau cari solusi,” ungkap Atun dengan nada kecewa.


Eko Muadib, Ketua RW 07 yang menaungi beberapa wilayah rawan banjir di Desa Pematang, menegaskan bahwa keberadaan tandon air sangat dibutuhkan. Kondisi topografi yang berada di dataran rendah menyebabkan air hujan tidak bisa tertampung oleh saluran yang ada, sehingga meluap ke rumah-rumah warga.


> “Kami sudah tidak bisa tidur nyenyak setiap musim hujan. Kalau hujan turun, kami panik. Bahkan saat bekerja pun kami cemas memikirkan keselamatan keluarga di rumah,” ujarnya.


Eko juga menegaskan bahwa pengelolaan banjir bisa dilakukan secara struktural maupun non-struktural. Mulai dari pembangunan waduk, pengerukan saluran air, hingga tata kelola wilayah yang berpihak pada masyarakat.


Dengan harapan besar, warga Desa Pematang memohon agar Bupati Tangerang, Rudy Maesyal, mendengar suara mereka.


> “Dengarkan suara kami, Bapak Bupati. Kami butuh solusi, bukan janji,” pungkas Eko.



Sumber: Darmanto

Publish:Suarapanturanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Suara Pantura News