Suarapanturanews.com, Pada setiap malam ke 15 Ramadhan semua warga di lingkungan saya selalu melakukan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan. Yaitu sebuah tradisi unik untuk membuat ketupat dan lepet. Tradisi ini selalu dilaksanakan dengan semangat oleh para warga setiap tahunnya tepat disaat Ramadhan di hari ke 15. Biasanya kulit ketupat dan lepetnya sengaja dibuat sendiri dan masak nya pun juga dilakukan sendiri. Jum'at (14/3/2025).
Tapi ada juga sebagian warga yang membeli ketupat dan lepetnya yang sudah matengnya. Selain menyiapkan ketupat dan lepet warga juga di hari ke 15 Ramadhan ada yang memasak opor ayam, atau masak Telur dan sebagainya. Untuk biasanya sayur santen kulit tangkil dan sambel goreng kentang, tapi untuk menu masakan biasanya tergantung selera masing masing untuk teman makan ketupatnya.
Melihat dari kebutuhan yang diperlukan untuk menyambut 15 Ramadhan. Tentunya ada beberapa pedagang yang pastinya meraup keuntungan yang banyak dari para pembeli, diantarannya para pedagang Ayam Kampung, atau ayam negri, pedagang daging sapi , pedagang sayuran, pedagang ketupat dan lepet yang sudah jadi, dan pedagang kelapa, Karena para pedagang tersebut pastinya diserbu para pembeli, dan ini merupakan berkah ramadhan bagi mereka.
Tradisi Qunutan adalah salah satu cara masyarakat mensyukuri telah melewati paruh pertama Ramadan. Tradisi yang digelar setiap 15 Ramadan itu, biasanya masyarakat membuat ketupat dan lepet, bersama opor ayam atau sayur dan sambel kentang goreng serta telur, Dari sinilah sebagian masyarakat, ada yang menyebut Qunutan dengan sebutan kupatan.
Dalam tradisi qunutan atau kupat qunutan, biasanya masyarakat membawa ketupat dan lepet yang sudah matang ke masjid atau Musholla menjelang Salat Tarawih. Dan kemudian melakukan riungan (pembacaan doa) oleh para Jamaah usai Salat Tarawih. Uniknya, yang dibawa bukan hanya ketupat, dan lepet, tetapi juga lengkap dengan sayur dan lauk pauk lainnya.
Dengan bersedekah berupa makanan tersebut. Masyarakat berharap bisa menjalani puasa yang tersisa tanpa ada hambatan.“Harapannya tentu ingin meraih malam lailatul qadar yang ada pada penghujung Ramadan. Selain itu, tradisi tersebut juga sebagai bentuk rasa syukur umat muslim karena berhasil menjalani separuh Ramadhan.
“Mudah mudahan tradisi ini bisa tetap berlangsung, dan tidak tergerus oleh zaman meskipun sekarang zaman era globalisasi atau era modern.”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar